Bernard Collaery, Pengacara untuk Timor Leste di pengadilan arbitrase di Belanda |
Dili- Pemerintah Timor Leste yakin mengetahui empat orang Australia yang disangka melakukan penyadapan kantor-kantor pemerintah.
Para penyadap itu digambarkan sangat menganggu dan menyamar seolah menjadi anggota tim program bantuan Australia.
Kita sudah mengidentifikasi orang-orang yang melakukan penyadapan. Kita punya nama-nama mereka, ujar Menteri Sumber Daya Alam Timor Leste Alfredo Pires kepada Fairfax Media.Mereka pria, kemungkinan bekerja dengan agen wanita Australia.
Timor Leste akan merahasiakan nama mereka, katan Pires. Tapi dia mencatat orang ini masih menggunakan nama yang sama dan bekerja di luar Australia, Apalagi jika namanya muncul di Internet. Pemerintah Asutralia harus mengecek mereka, tambah Pires, meyakinkan.
Pires mengatakan nama-nama itu pasti muncul jika mereka bepergian dengan pesawat terbang ke luar negeri atau saat bertransaksi menggunakan kartu kredit atau ATM.
Penyadapan di Timor Leste itu dilakukan pada 2004 dengan disamarkan dalam tim program bantuan untuk merenovasi bangunan pemerintah Timor Leste. Alat penyadap komunikasi itu dipasang di ruangan perdana menteri yang kerap digunakan dalam diskusi kabinet.
Saat itu, Australia dan Timor Leste sedang melakukan negosiasi minyak dan gas alam di Laut Timor yang dalam duit dolar jumlahnya mencapai A$40 miliar.
Klaim penyadapan itu diungkapkan oleh bekas agen Australian Secret Intelligence Service (ASIS) yang berbalik menjadi whistle blower.
Timor Leste ingin perjanjian migas itu dinyatakan cacat, dan bekas agen ASIS yang dimaksud sudah menyatakannya dalam sumpah tertulis yang mengungkapkan detail operasi penyadapan.
Pensiunan agen ASIS dan pengacara Bernard Collaery yang mewakili pemerintah Timor Leste dalam pengadilan arbitrase di Den Haag, Negeri Belanda, rumah dan kantornya diserang dan digeledah intel Australia pekan lalu. Sejumlah dokumen penting raib dari kantor Collaery, dan pemerintah Timor Leste menghendaki berkas penting yang dicolong itu agar dikembalikan, tulis The Age, Senin (9/12/2013). [tjs/inilah]